Cerita dalam Diam [bag.1]

by 6:00 PM 0 comments



Cerita dalam Diam

"Cieee, Ojan sama si Afifa nih yeee". Kalimat yang mulai terbiasa di telinga Fauzan. Tidak ada yang spesial dengan Afifa Az Zahra, hanya kawan-kawannya yang terlalu sigap ketika menjumpaiku sekadar lewat didepan Afifa. Sedikit saja tanya meluncur dari mulut Afifa untuk Fauzan, langsung kata-kata itu muncul. Meski akan sangat biasa jika si Ratna atau si Imron yang bertanya tapi karena ini seorang Afifa, mahasiswi yang solehah lagi baik perangainya maka semua jadi tampak berbeda. Memang katanya banyak dari golongan Adam yang menyukainya, hanya saja keteguhan akan keimanannya menjadikan dia cuek dengan mereka-mereka yang iseng dan tak bernyali itu. Pun begitu dengan Fauzan sudah terbiasa dengan hal-hal remeh seperti cie-isme yang dianut kawan-kawannya. Bukan waktunya mendistraksi fokusnya dalam berkuliah. Kuliah - kerja - nikah.

"Ehm ehm", terdengar suara yang seakan sudah mengintai sejak tadi. "Apa-apan nih, nulis tentang diri sendiri! Hahaha", tawa Na'im sambil direbutnya selembar kertas cerpen berjudul Cerita Dalam Diam yang belum selesai aku tulis. Ya, aku Fauzan Abdurrahman.

"Wooiii Na'im! sini kembalikan kertasku, belum selesai itu!", kataku. "Ciee Afifa lagi, Afifa lagi.." dia mulai menggoda dengan gaya membacanya yang dibuat entah kenapa terdengar sendu menurutku, mengutip,
"Cerita dalam Diam, by Fauzan Abdurrahman. Memang katanya banyak dari golongan Adam yang menyukainya, hanya saja keteguhan akan keimanannya menjadikan dia cuek dengan mereka-mereka yang iseng dan tak bernyali itu. Pun begitu dengan Fauzan sudah terbiasa dengan hal-hal remeh seperti cie-isme yang dianut kawan-kawannya". 
"Ah yang bener jan? ini mah kamu kan jan kaum Adam itu! hanya si Afifa cuek-cuek saja Hahaha", goda si Na'im.

Kertas berhasil kurebut. "Lebay kamu im... jangan gitu im, ini hanya tulisan kok. Rencananya mau aku ikutkan dalam lomba Cerpen yang kemarin di Republika, kan lumayan nih dapat tambahan uang saku".

"Yaa... siapa tahu, Afifa kan selain sholihah dia juga baik parasnya", Na'im masih memancing-mancing.

Tidak ada yang salah dengan rasa suka. Benar apa yang dikatakan Na'im, Afifa memang demikian.  Demikian juga denganku, memang ada ketertarikan kepada Afifa. Hanya saja aku masih takut, apa yang sebenarnya aku sukai? Sifatnya yang shalihah atau parasnya?. Ah aku kira bukan saatnya memikirkan hal seperti itu, masih teringat kata guru ngajiku Mas Aan, "yang baik ketemu baik, yang buruk ketemu buruk. Lha kamu mau yang mana jan?". Tentu buruk sebenarnya bukan pilihan hanya saja ini bahan renungan tentang bagaimana sesuatu memiliki pilihan yang lebih baik juga lebih buruk, "ketemu yang baik dong mas!" jawabku.  Biar saja aku dimasa depan kelak yang menentukan siapa jodohku meski itu artinya harus dibangun dari sekarang. Dalam hati berusaha menyemangati diri sendiri, "Sukses ya, aku di masa depan! haha :D"

fajri

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment